MOJOKERTO,– Perhelatan pesta demokrasi 2024 menjadi konsen dari mahasiswa Universitas Islam Majapahit (Unim) Mojokerto melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) Unim Mojokerto.
Pada acara seminar bertajuk “Optimalisasi Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi Tantangan Pemilu 2024” itu, mereka membahas tentang ajang Pemilu 2024 mendatang.
Seminar yang digelar di Graha Nuswantara lantai I Unim Mojokerto, pada Kamis (26/10/2023), ini dibuka langsung oleh Rektor Unim Mojokerto, Dr Rachman Sidharta Arisandi.
Selain itu, seminar ini mendapuk dua narasumber yaitu Komisioner Divisi Perencanaan, Data, dan Informasi KPU Kabupaten Mojokerto, Vikhie Risdianto dan Komisioner Divisi Penanganan Pelanggaran Bawaslu Kabupaten Mojokerto, Aris Fahrudin Asy’at.
Rachman mengatakan bahwa diskusi-diskusi terhadap apapun, termasuk soal politik, idealnya disiapkan dengan bahan yang jelas. Seperti memakai bahan bacaan yang sanad keilmuannya jelas. “Diskusi-diskusi ini sangat bagus. Tentunya sebelum diskusi harus punya bahan bacaan, ibaratnya sanadnya jelas dan dapat dipertanggungjawabkan,” katanya, pada Kamis (26/10/2023).
Tak hanya itu, Rachman juga menerangkan tentang dinasti politik yang sedang hangat dibicarakan. Dinasti politik sebenarnya merupakan kenyataan yang tidak bisa ditolak. Hal ini dapat dijumpai pada negara dengan sistem kerajaan. “Jadi dinasti politik itu ya tidak bisa ditolak karena menjadi kenyataan, bentuknya kerajaan itu,” beber Rachman.
Sementara Vikhie memberikan materi beberapa penjelasan tentang pelaksanaan teknis Pemilu 2024 nanti. Seperti salah satunya tentang Tempat Pemungutan Suara Lokasi Khusus (TPS Loksus). Sebab, untuk pengajuan TPS model ini harus ada pihak yang bertanggungjawab penuh.
“Karena TPS ini juga masih terbilang baru. Selain itu, TPS ini juga bisa dicabut bila penanggungjawab menyatakan tidak bisa meneruskan lagi,” beber Vikhie.
Sementara Aris memberikan penjelasan bahwa masing-masing orang berdaulat dengan pilihan yang tersaji dalam tahun politik.
Aris juga menekankan bahwa sebagai mahasiswa tentu memiliki perangkat nalar yang dapat digunakan untuk mengawal tahun politik. “Karena teman-teman semua ini kan sudah punya bekal secara akal sebagai mahasiswa. Teman-teman ini juga berdaulat mau memilih siapapun nanti,” ucapnya.