
MOJOKERTO, Tugujatim.id – Sekolah libur saat bulan Ramadhan 1446 Hijriah atau 2025 Masehi, banyak dibincang belakangan ini. Andai rencana tersebut benar terjadi, hal tersebut mirip dengan kebijakan yang muncul pada masa pemerintahan Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Sementara soal isu sekolah libur saat bulan puasa, akademisi Unim Mojokerto Moh. Ali Rohmad mengatakan pihaknya tidak sepakat atas usulan tersebut. Ali berpandangan bahwa bila libur benar-benar terjadi, maka kegiatan keagamaan siswa dipandang kurang mendapat pengawasan.
“Tidak sepakat. Karena ketika libur, siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan keagamaan siswa-siswi di rumah. Paling pas menurut kami adalah tetap masuk sekolah tetapi nuansa agama diperbanyak dan diperkuat,” terang Ali, Jumat (17/01/2025).
Ali melanjutkan, semua guru berperan seperti guru agama di sekolah kala masuk bulan puasa. Artinya, guru-guru di sekolah memberikan teladan baik melalui perkataan maupun perbuatan yang baik saat masuk bulan suci Ramadhan.
“Saat bulan Ramadhan juga seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas ibadah. Menuntut ilmu di sekolah juga termasuk bagian dari ibadah,” imbuhnya.
Pro dan kontra ini mungkin bisa dilihat dari beberapa sisi, semisal dari sisi kehadiran guru yang mengajar atau tidak mengajar, akan tetap menerima gaji yang sama.
“Meski beban guru menjadi ringan jika diliburkan, namun akan menjadi beban moral jika siswanya tidak beribadah dengan baik saat Ramadhan, apalagi sampai melakukan pelanggaran saat liburan,” tandas Ali.
Dari sisi siswa, tidak semua siswa mampu memanfaatkan waktu libur dengan baik dan bijak. Dikhawatirkan, bila sekolah diliburkan saat bulan puasa malah membuka peluang bagi siswa melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat.
“Dari sisi orang tua, jika sampai libur selama Ramadhan, akan menjadi tantangan yang luar biasa dan pasti merepotkan. Orang tua harus menyisihkan waktu untuk mengawasi anak-anak mereka di rumah. Sehingga pekerjaan mereka akan terganggu bahkan mungkin terbengkalai,” ujar Ali.
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati