MOJOKERTO, Tugujatim.id – Perundungan dan tindak kekerasan di lembaga pendidikan menjadi tema pengabdian dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Unim Mojokerto. FAI Unim Mojokerto berkaca dari beberapa kasus tindak kekerasan yang pernah terjadi di beberapa lembaga pendidikan sebelumnya.
“Bisa dilhat dari berbagai kasus sebelumnya, ada dari Mojokerto, dari Jawa Barat juga ada. Maka kami angkat tema itu dengan memberikan pemahaman pedagogis di lembaga pendidikan yang kami tuju yaitu Pondok Pesantren Kun Aliman Mojokerto,” ujar Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) FAI Unim Mojokerto Ainul Yaqin, Jumat (24/11/2023).
Terlebih sering kali pondok pesantren memberikan mandat kepada santri senior untuk memberi asuhan dan bimbingan untuk santri junior. Selain sebagai bentuk pendidikan lebih lanjut tentang kepemimpinan, proses ini juga berfungsi sebagai bentuk khidmat santri kepada kiai untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pondok pesantren, salah satunya dengan memberikan bimbingan kepada santri junior.
Program PKM yang berasal dari Diktis Kemenag ini berjudul Peningkatan Kompetensi Pedagogis Santri Senior dalam Pengasuhan Santri Junior untuk Mencegah Tindak Kekerasan dan Perundungan di Pesantren Mojokerto. PKM ini berfokus pada cara mengasuh atau mendidik santri junior dengan baik sehingga dapat mencegah tindak kekerasan dan perundungan.
“Jadi PKM ini kami fokuskan pada keterampilan mengasuh, membimbing dari santri yang menjadi pengurus pondok. Pengurus itu dari beberapa bidang seperti bidang keamanan, keagamaan dan lain-lain,” sambung Ainul.
Sementara dalam kesempatan terpisah, salah satu perwakilan Pondok Pesantren Kun Aliman Moch. Sofiyulloh mengatakan, bahwa program ini memang sangat ditunggu baik dari pondok pesantren maupun organisasi afiliasi pondok pesantren seperti Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU.
“Sekaligus kami mewakili RMI NU Kabupaten Mojokerto menyambut baik program-program seperti ini. Hal ini agar menjadi penguat pengembangan keilmuan di pesantren sekaligus memperkuat kerja sama strategis antar lembaga pendidikan,” ujar Moch. Sofiyulloh.